Kamis, 31 Januari 2019

JENGHIS KHAN


Ngunandiko.164






JENGHIS KHAN
(Organisasi, tipu & muslihat pasukan militer Mongol; Bag ke-1)


I.            KATA PENGANTAR.

Pada kesempatan ini Ngunandiko ingin membahas dan merenungkan secara singkat tentang “JENGHIS KHAN”. Bahasan dan renungan ini disusun berdasarkan berbagai sumber informasi dan catatan dari teman-teman. 

Seperti diketahui Jenghis Khan hidup pada bagian akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13 (1162 – 1227). Jenghis  adalah pendiri pertama keluarga besar Khan dan Jenghis Khan menjadi sangat berkuasa dengan menyatukan banyak suku nomaden di seantero Asia Timur Laut yaitu dataran tinggi Mongolia, semenanjung Korea, Manchuria dan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Setelah memperoleh gelar sebagai Jenghis Khan, maka dibangunnya “Kekaisaran Mongol”. Dan beberapa waktu kemudian Jenghis Khan  memimpin pasukan militer Mongol melancarkan invasi, serta menaklukkan sebagian besar Eurasia. Eurasia adalah superbenua gabungan dari dua benua yaitu Eropa dan Asia.

Jenghis Khan

Bahasan dan renungan ini akan menitik beratkan pada system organisasi, tipu & muslihat pasukan militer Mongol  atau lazim pula disebut sebagai  taktik, strategi, organisasi pasukan militer Mongol. System itu dibentuk dan dirancang oleh “JENGHIS KHAN”  untuk menjaga Negara-nya dan terutama untuk menaklukkan musuh-musuhnya.

II.          PENJELASAN UMUM

Seperti telah diterangkan dimuka sistem organisai, tipu & muslihat pasukan militer Mongol  dirancang dan dibentuk  oleh Jenghis. Dengan   sistem organisai, tipu & muslihat pasukan militer Mongol  seperti itu, maka “Kekaisaran Mongol” menjadi sangat kuat dan  dapat menaklukkan  hampir seluruh benua Asia Timur Laut, Timur Tengah, dan bagian timur Eropa.

Pondasi dasar dari sistem organisasi, tipu & muslihat pasukan militer  Mongol  itu dikembangkan dan merupakan kelanjutan dari gaya hidup nomaden  bangsa Mongol, yang kemudian dibentuk menjadi suatu system pasukan militer yang khas. 

Disamping itu dengan dikusainya teknologi logam (besi) untuk membuat senjata dan perlengkapan perang serta adanya hewan kuda sebagai kendaraan dan tunggangan yang dapat bergerak dengan cepat, maka keduanya menjadi tiang utama dan memperkuat “sistem  pasukan militer Mongol” tersebut. Dengan system itu organisai, tipu & muslihat  diterapkan dalam operasi-operasi  militer di berbagai tempat oleh Jenghis Khan ; para jenderal  perangnya ; dan kemudian hal itu diteruskan oleh para penerus dinastinya dengan sukses. 

Teknologi dan budaya asing, yang dipandang berguna bagi organisasi,  tipu & muslihat pasukan militer Mongol itu, seperti sistem pertahanan dan serangan diadaptasi atau diadopsi, kemudian diintegrasikan ke dalam struktur komando pasukan militer Mongol.

Organisasi, tipu & muslihat pasukan militer Mongol ini  disebut  pula  sebagai system taktik, strategi, dan organisasi pasukan militer Mongol. Sistem itu terdiri dari 17 butir yaitu: (1) Organisasi dan karakteristik Pasukan; (2) Memutuskan hubungan mata rantai kelompok Kesukuan; (3) Pelatihan dan disiplin; (4) Kavaleri atau Pasukan Berkuda; (5) Logistik; (6) Komunikasi; (7) Kostum atau Seragam; (8) Senjata Perang; (9) Strategi menjaga sang Panglima Perang; (10) Intelijen dan Perencanaan; (11) Psywar (Perang Psikologis) dan Teknik Kamuflase (Tipuan); (12) Rekruitmen Pasukan Lawan yang menyerah; (13) Taktik Pertempuran Darat; (14) Teknik Menjepit dan Mengapit; (15) Pengepungan dan Pembukaan; (16) Pura-pura mundur dan kabur; (17) Semangat Juang.

III.       TAKTIK, STRATEGI, DAN ORGANISASI

Uraian dan penjelasan singkat mengenai system taktik, strategi dan organisasi pasukan militer Mongol, yang dibentuk dan dirancang oleh  Jengis Khan tersebut, lebih kurang seperti berikut ini.

1.   Organisasi dan karakteristik Pasukan (Organization and characteristics of Troops).

Jenghis Khan meng-organisasi-kan tentara Mongol ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan system decimal. Satu unit atau regu terdiri dari 14 – 60 orang, secara rekursif (“rekursi” yaitu proses pengulangan sesuatu dengan cara kesamaan-diri)  dibangun mulai dari kelompok terdiri dari 10 (Aray), 100 (Zuut), 1,000 (Minghan), dan 10,000 (Tumen). Masing-masing dengan system pelaporan, yang dilakukan oleh para pemimpin pasukan   dari tingkat rendah ke tingkat berikutnya yang  lebih tinggi.  Unit-unit     regu pasukan itu diawasi oleh seorang intendan (kepala divisi pasukan) Tumen, yang disebut  jurtchi. Total pasukan dapat dihitung  minimal sekitar 140 ribu sampai maximal sekitar 600 ribu orang atau rata-rata sekitar 440 ribu orang “pasukan kekaisaran Mongol”, yang tersebar di Wilayah Mongol sendiri dan wilayah-wilayah bawahannya yang sudah ditaklukkan.

Jenghis Khan menghargai mereka yang telah setia selama bertahun-tahun sampai  Jenghis Khan naik ke puncak kekuasaannya. Penghargaan  itu diberikan oleh Jengis Khan melalui suatu surat keputusan yang dibuat dari markas besarnya. 

Dapat dikemukakan bawa para Tumen dan Minghan diperintah oleh seorang Noyan, yang diberi tugas   mengelola wilayah yang sudah ditaklukkan secara administrative.

Sejumlah Tunmen, kira-kira 2 s/d 5 Tunmen membentuk sebuah Ordu yaitu sebuah korps gabungan tentara atau pasukan tempur, sedangkan istilah “Horde” atau unit tentara gabungan, itu dibentuk atas perintah para Khan atau para jenderal (Boyan). 

Pasukan Mongol

Sebuah Ordu adalah unit tentara gabungan yang diatur secara ketat,  dengan system organisasi dan bentuk tampilan formasi pasukan yang seragam.
Transfer atau perpindahan antar unit regu pasukan dilarang. Para pemimpin pada tingkat masing-masing memiliki wewenang penuh melakukan eksekusi perintah mereka sendiri, yang danggapnya terbaik.  Struktur  komando pasukan dengan system itu terbukti sangat fleksible. Dan struktur komando seperti itu memungkinkan tentara Mongol menyerang secara massal, dengan membagi pasukan menjadi kelompok-kelompok lebih kecil untuk memimpin pengepungan dalam penyergapan pasukan lawan atau membagi menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 (atau lebih) tentara, ketika melarikan diri atau terpecah belah saat pertempuran berlangsung.

Setiap tentara secara individu bertanggung jawab atas peralatan dan  senjata yang mereka miliki (senjata inventaris pasukan). Sekurang-kurangnya masing-masing tentara memiliki lima jenis senjata. Meskipun mereka berperang sebagai bagian dari unit pasukan, tetapi keluarga dan hewan tunggangan dari para personil pasukan akan menemaninya di setiap ekspedisi keluar wilayah.
Di semua unit pasukan yang ada, terdapat pasukan elit yang disebut sebagai  “Keshig”. Pasukan elit itu berfungsi sebagai penjaga “Kekaisaran Mongol”,  serta sebagai tempat pelatihan bagi para perwira muda yang potensial. Misalnya  Subutai  Agung (penasihat militer para pewaris Jenghis Khan) memulai karirnya di tempat itu.

2.   Memutus mata rantai kelompok-kelompok Kesukuan (Cut of the relationship between the Ethnic group chain).

Sebelum era Jenghis Khan, banyak suku dan konfederasi (confederacy) di daratan Mongol, termasuk diantaranya suku-suku bangsa Naiman, Merkit, Tatar,  Mongol, dan Keraits. Suku-suku itu pada awalnya sering saling menyerang satu  sama lain, bahkan dalam saling menyerang itu sering dilakukan dengan keroyokan (bergabung). Permusuhan seperti itu –  saling balas dendam – telah berlangsung berabad-abad lamanya.  Selain itu, banyak  kelompok keluarga dan individu yang telah dikucilkan dari suku-nya, karena berbagai alasan dan tinggal di luar perlindungan suku. Kelompok-kelompok yang terakhir inilah yang disambut oleh Jenghis Khan  untuk bergabung dengan pasukannya.

Ketika terjadi penggabungan tentara baru ke dalam tentara inti, Jenghis Khan membagi tentara di bawah pemimpin yang berbeda-beda untuk memecah hubungan sosial dan kesukuan, sehingga tidak ada pembagian berdasarkan garis keturunan dari aliansi suku-suku. Dengan demikian, Jenghis Khan membantu mempersatukan masyarakat yang berbeda-beda, dan terbentuklah loyalitas baru dari setiap pasukan. Namun demikian, identitas kesukuan lama tidak sepenuhnya  hilang, masih ada pada beberapa suku yang merupakan orang Jenghis Khan. Suku-suku itu tetap setia kepada Jenghis Khan sepanjang masa dan secara teguh tetap mempertahankan integritas dan identitasnya. Sedangkan suku-suku seperti Tatar, Mergids, Keraits, Naiman dan klan-klan  bekas musuhnya, yang awalnya lebih kuat dari Jenghis Khan, benar-benar telah terputus kesatuan-nya. Misalnya   Tunmen Ongut tidak pernah lagi merupakan bagian dari Tumen Tatar, padahal klan Ongut semula adalah bagian dari suku bangsa Tartar.

Promosi jabatan  diutamakan berdasar prestasi. Setiap pimpinan  unit pasukan bertanggung jawab atas kesiapan prajuritnya. Jika ditemukan dan dinilai ada ketidakcakapan dalam memimpin akan diganti.

Promosi jabatan juga diberikan oleh Jenghis Khan berdasar kemampuan, bukan berdasar atas identitas asal muasal kelahirannya. Pengecualian adalah bagi  para pemimpin tingkat komando tertinggi pada hirarki pasukan. Jabatan itu  diperuntukkan  bagi keluarga Jenghis Khan. Subutai, putra seorang pandai besi (profesi yang sangat terhormat  pada masa itu), tetapi  tidak ditakdirkan menjadi calon pemimpin.

Dalam serangkaian invasi penaklukan Eropa Barat dan Eropa Timur, secara normal  komando dipegang oleh Batu Khan (cucu Jenghis Khan) dan dua pangeran lainnya yang sedarah dengan Batu Khan  masing-masing mengepalai sayap pasukan itu. Tapi ketiga pangeran keturunan Jenghis Khan tersebut  berada di bawah pengendalian Subutai. Setelah menerima berita kematian Ogedei Khan (putra dan penerus Jenghis Khan) pada tahun 1243, maka Subutai mengingatkan kepada ketiga pangeran itu tanggung jawabnya, namun ketiganya ternyata ogah-ogahan menjalankan tugas dinasti-nya. Dan Subutai memerintahkan para Tumen untuk kembali ke Mongol, kejadian ini menyelamatlah Eropa dari kehancuran lebih lanjut.

Setiap tentara Mongol biasanya memiliki dan memelihara 3 atau 4  ekor kuda. Personil pasukan sering melakukan pergantian kuda yang tunggangan-nya, yaitu pada saat perjalanan dengan kecepatan tinggi dan selama berhari-hari tanpa  berhenti. Kemampuan tentara Mongol bertahan hidup dari alam sekitarnya dalam situasi yang ekstrim adalah mengandalkan hewan peliharaanya (terutama dari susu kuda-nya), hal itu membuat tentara Mongol jauh lebih sedikit  ketergantungan-nya kepada petugas pemasok logistik kebutuhan pangan tradisional (bekal yang dibawanya). Dalam beberapa kasus, seperti selama invasi di Hungaria pada awal 1241, tentara Mongol melakukan perjalanan hingga 100 mil (160 km) per hari (24 jam), pada masa itu tidak ada pasukan manapun yang mampu melakukannya.

Kemampuan bergerak prajurit Mongol secara individu memungkinkan    misi-nya berhasil mengumpulkan informasi intelijen tentang rute dan menemukani daerah untuk medan perang yang sesuai dengan taktik tempur yang disukai oleh pasukan Mongol.

Selama invasi ke Kiev dan Rusia, bangsa Mongol dapat menggunakan  sungai beku sebagai jalur lintasnya. Musim yang sangat dingin,  bagi pasukan Mongol menjadi waktu yang digunakan untuk menyerang.

Untuk menghindari hujan panah atau senjata yang mematikan dari tentara Mongol, lawan mengantisifasinya dengan menyebar atau  mencari perlindungan. Dengan memecah formasi seperti itu membuatnya  lebih rentan terhadap incaran pasukan Mongpl, yang ahli mengunakan tombak. Demikian  juga kalau lawan bergabung dalam satu induk pasukan besar, maka akan menjadi lebih rentan terhadap serangan pasukan pemanah Mongol.

Setelah musuh dianggap cukup lemah dan terpencar, para Noyan (panglima pasukan Mongol)  memberi isyarat. Maka drum akan ditabuh dan diikuti dengan isyarat bendera, itu adalah tanda bagi para pasukan yang ahli mengunakan tombak untuk memulai tugasnya. Seringkali dengan serbuan hujan panah sudah cukup untuk mengusir dan menghancurkan lawannya, sehingga pasukan   tombak hanya diperlukan untuk membantu mengejar dan menyergap sisa-sisa pasukan lawan yang lari pontang-panting, menyelamatkan diri.

Ketika menghadapi tentara Eropa, yang lebih menekankan bentuk formasi kavaleri berat, maka tentara Mongol menghindari  konfrontasi  langsung. Sebaliknya tentara Mongol menggunakan senjata panah untuk menghancurkan  kavaleri  musuh dari jarak jauh.  Jika baju besi bertahan dari serangan panah , maka bangsa Mongol lalu menyerang kuda-kuda para ksatria musuh, sehingga hanya meninggalkan pria berlapis baja yang berjalan kaki dan terisolasi. Alhasil kesatria-kesatria Eropa itu menjadi bulan-bulanan dan santapan lezat dari para pembantai yaitu pasukan Mongol.

Pada pertempuran Mohi, tentara Mongol membuka celah  barisannya, hal itu  menarik orang-orang Hongaria untuk mundur melalui celah tersebut, Dan mengakibatkan  pedesaan Hongaria yang telah hancur sebelumnya menjadi tempat pelarian bagi musuh Mongol. Dan inilah saatnya  para pemanah pasukan Mongol yang bersembunyi dibalik gunung memacu kudanya secara serentak menghabisi para musuh Mongol dengan tombak  seenak hatinya. Pada pertempuran Legnica, para kesatria berkuda Teutonik, Templar, dan Hospitaller banyak yang terbunuh akibat diserang oleh pasukan Mongol, hanya sedikit yang mampu turun dari kudanya serta tidak bisa berjalan apalagi berlari dengan cepat, dan terbunuh akibat diserang oleh pasukan Mongol,. Hal itu jelas akibat pakaian perang yang digunakan oleh para tentara Eropa, musuh Mongol itu.

3.   Pelatihan dan Disiplin (Training and Discipline).

Unit regu pasukan tentara Mongol terus menerus  latihan  berkuda, memanah, atau latihan taktik formasi dan rotasi tempur. Latihan ini dikelola dengan disiplin keras, tapi bukan  kasar atau tidak masuk akal. Latihan yang manusiawi,  latihan yang membuat tentara Mongol lebih displin dan tangguh..
Pejabat teras seperti biasanya diberi kelonggaran yang luas oleh atasannya dalam melaksanakan perintah, selama tujuan yang lebih besar  dilakukani dengan baik, dan perintah   dipatuhi. Akibatnya tentara Mongol terhindar  dari disiplin yang terlalu kaku, micro management yang menjadi momok bagi angkatan bersenjata sepanjang sejarah. Namun, semua anggota pasukan harus setia  satu sama lain tanpa syarat dan terlebih kepada atasan, dan lebih jauh lagi terhadap Khan, Kaisar Mongol. Jika satu orang tentara melarikan diri dari situasi bahaya dalam suatu pertempuran, maka  sembilan rekan lainnya dari arva (kelompok terkecil dari pasukan seperti disebutkan sebelumnya) akan menghadapi hukuman mati bersama-sama.

Salah satu metoda latihan yang unik orang Mongol adalah dengan cara melakukan berburu bersama dalam sekala besar, hal itu diselenggarakan setiap tahun di stepa (area daratan luas yang terdiri dari semak belukar). Para penunggang kuda Mongol akan membuat lingkaran besar, dan mengusir segala macam binatang yang ada didalamnya, kemudian digiring menuju pusat perburuan. Hal ini untuk melatih manuver bergerak bersama secara dinamis yang sangat diperlukan  di medan perang, bangsa Mongol akan menjebak semua binatang dari berbagai jenis dalam pengepungan, dan atas perintah komandan pembantaian dimulai. Jika pemburu dapat membunuh setiap makhluk sebelum waktu yang ditentukan akan diberi hadiah, atau jika ada satu binatang dapat melarikan diri dari cincin lingkaran perburuan akan dihukum (reward and punishment). Dengan demikian bangsa Mongol mampu melatih, menikmati rekreasi berburu, dan sekaligus mengumpulkan makanan untuk pesta besar-besaran.

4.   Kavaleri atau Pasukan Tempur Berkuda (Cavalry or Equestrian Combat Forces).

Enam dari setiap sepuluh tentara Mongol merupakan pasukan kavaleri ringan dan pemanah berkuda, empat sisanya termasuk kavaleri berat berbaju lapis baja dan ahli bersenjatakan tombak. Boleh dikatakan tentara Mongol adalah pasukan kavaleri ringan bahkan sangat ringan dibandingkan dengan standar kavaleri pasukan ksatria Eropa. Sebagian besar pasukan yang tersisa 2/5-nya adalah kavaleri berat dengan bersenjatakan tombak untuk pertempuran jarak dekat setelah pasukan pemanah  membawa musuh ke dalam situasi kacau. Pasukan pemanah ini juga biasanya secara otomatis bisa melakuan pertempuran jarak dekat dengan senjata pedang, kapak atau senjata tempur jarak dekat  lainya.

Pasukan tentara Mongol melindungi kuda perang mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan atas diri mereka sendiri, menutupi mereka dengan baju besi pipih. Baju besi kuda dibagi menjadi lima bagian dan dirancang untuk melindungi setiap bagian dari badan kuda (termasuk dahi). Baju besi kuda memiliki plat khusus yang dibuat dengan cara diikat di setiap sisi leher.
Kuda perang pasukan Mongol relatif kecil, dan akan kalah berlalri pada jarak pendek jika adu  balapan dalam kondisi yang sama dengan kuda yang lebih besar dari daerah lain, khususnya di Eropa. Namun demikian, karena tentara lawan perlengakapan perangnya jauh lebih berat, maka kuda pasukan Mongol masih bisa berlari lebih cepat dari pasukan berkuda musuh dalam situasi pertempuran. Selain itu, kuda perang pasukan Mongolia sangat tahan dikendarai lama dan kokoh, yang memungkinkan pasukan Mongol untuk bergerak jarak jauh secara cepat. Kadang-kadang lawan sering dikejutkan oleh suatu serangan tiba-tiba, padahal menurut perhitungan masih  beberapa hari lagi atau beberapa minggu kedatangan pasukan Mongol itu. Hal ini memberi efek kejut yang luar biasa, itulah salah satu keunggulan dari tentara Mongol.

Semua kuda dilengkapi dengan sanggurdi (tempat menyimpan anak panah). Ini keuntungan teknis yang membuat para pemanah Mongol mudah menggerakkan  tubuh bagian atas mereka, dan menembak ke segala arah, termasuk ke belakang. Prajurit Mongol akan mengatur waktu bagi  setiap  panah yang dilepaskan. Dan di ketinggian kurang lebih  2 s/d 3 meter dari tanah, parajurit Mongol bisa mempredikisi jarak dengan lawan dari bunyi derap kuda yang ditimbulkan, sehingga mampu memastikan dengan baik sasaran tembak.

Setiap prajurit memiliki 2 s/d 4 ekor kuda, sehingga ketika kuda itu  lelah, bisa digunakan kuda yang lain. Itulah yang membuat tentara Mongol merupakan salah satu tentara tercepat  di dunia. Namun, hal itu adalah  juga yang membuat tentara Mongol rentan terhadap kekurangan pakan ternak; terutama jika ekspedisi penyerangan dilakukan di daerah kering atau hutan, dengan demikian membawa kesulitan tersendiri dan bahkan di daerah padang rumput yang ideal pun, pasukan Mongol harus terus bergerak untuk memastikan cukup persediaan rumput sebagai pakan untuk kuda-kudanya yang begitu besar jumlahnya, 2-4 kali lipat dari jumlah pasukan Mongol itu sendiri.

5.   Logistik (Logistics).

Tentara Mongol dalam  melakukan  perjalanan (long march) tampak sangat ringan, dan mampu bertahan hidup dari alam sekitarnya. Peralatan   untuk membantu memenuhi kebutuhan-nya antara lain adalah   kail ikan dan alat berburu lainnya, semuanya itu dimaksudkan agar setiap prajurit terlepas dari sumber pasokan tetap (bekal). Bahan makanan dalam perjalanan yang paling umum adalah daging kering yang disebut "Borts",  masih umum dalam masakan bangsa Mongol sampai saat ini. Borts ringan dan mudah dibawa dalam perjalanan dan dapat dimasak dengan air, sama dengan "makanan instan, cepat saji" jaman modern sekarang.

Pasukan Mongol selalu   memastikan, bahwa kondisi kudanya segar bugar. Para prajurit Mongol masing-masing biasanya   memiliki  2 s/d 4 ekor kuda. Sebagian besar kuda perang bangsa Mongol adalah kuda tunggangan, dan bila perlu para prajurit itu bisa hidup dari   susu kudanya. Dalam  kondisi sulit, prajurit Mongol bisa minum sedikit dari darah kuda, dengan menyobek nadinya. Para prajurit Mongol bisa bertahan hidup selama sebulan, hanya dengan minum susu kuda yang dikombinasikan dengan darah kuda.

Peralatan berat dibawa oleh pasukan Mongol dengan gerobak yang ter-organisasi-kan  dengan baik. Gerobak itu antara lain adalah untuk membawa stok pasokan panah dalam jumlah yang besar. Hal paling utama, dalam keadaan jumlah pasokan logistic yang terbatas dalam suatu perjalanan, adalah   di-pastikan-nya  dapat menemukan cukup pasokan makanan dan air untuk pasukan dan hewan yang bersamanya. Dalam semua ekspedisi militer, yang memakan waktu lama, para prajurit Mongol membawa serta keluarga mereka (bersambung).
*
Saya adalah utusan Tuhan untuk memberi hukuman . . . . . Jika Anda tidak melakukan dosa besar, Tuhan tidak akan mengirim saya untuk memberi hukuman kepada Anda.
(Jenghis Khan)
*


[i]