Selasa, 30 Juli 2019

Keramik bag-2


Ngunandiko.172





Keramik bag-2
(Ceramics)



Produk porselen ini umum-nya adalah sebagai peralatan listrik, kimia, mekanik, termal, produk structural, bata bangunan umum, bata paving, ubin ber-rongga, genteng atap,  saluran pembuangan,  pipa, pot bunga, periuk, dan terra-cotta, serta produk-produk lain-nya.

Sebagai contoh adalah kaolin yang telah mengalami pemurnian (pemutihan) dan pemilihan, dimana antara lain digunakan sebagai pengganti titanium dioksida (yang lebih mahal) dalam pelapisan kertas halus, dan pemilihan partikel batu api   bagi pengembangan porselen berkekuatan  lebih tinggi. Disamping itu ada dalam perbaikan pemilihan dan penggilingan nepheline syenite untuk fluxing gelas dan keramik. Dan pada pot tanah liat tertentu telah ditingkatkan pemilihan dan pemurnian partikel yang digunakan.
Pada “Keramik bag-1” telah dikemukakan berbagai macam atau jenis produk keramik antara lain adalah produk porselen. Porselen ini umum-nya adalah sebagai peralatan listrik, kimia, mekanik, termal, produk structural, bata bangunan umum, bata paving, ubin ber-rongga, genteng atap,  saluran pembuangan,  pipa, pot bunga, periuk, dan terra-cotta, serta produk-produk untuk rumah tangga lain-nya. 

Berbagai produk keramik

Untuk memperoleh gambaran secara lebih luas tentang keramik ini, marilah kita lihat secara singkat sejarah pembuatan produk  keramik, khususnya kelompok produk keramik umum (tembikar, porselen dll).
Pembuatan tembikar (salah satu benda keramik tertua), mungkin telah dimulai pada periode Neolitikum. Misalnya bejana cetakan tangan yang dipanggang di bawah sinar matahari atau api.  karena bahan keramik itu bersifat inert secara kimia, maka bejana itu menjadi tahan terhadap kerusakan bahkan setelah lama terpapar atau dikubur. Seperti diketahui para ahli sejarah sangat tergantung pada benda keramik dalam melacak perkembangan peradaban kuno ; migrasi manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya ; dan lain-lain. Berbagai peristiwa pada era sejarah “Mesopotamia”, “Persia”, dan Mesir diketahui, karena adanya potongan-potongan “tembikar” di tempat-tempat benda itu ditemukan
Pada zaman Neolitik, alat-alat orang Mesir pada umumnya secara khas berwarna merah. Kemudian di era predinastik kualitasnya berkembang menjadi berwarna merah dan sangat halus dengan pola tertentu. Sementara itu pada era proto-dinasti, vas kaca dibuat dari senyawa  tembaga berwarna biru dan hijau. Dan kemudian “Tembikar” menjadi sangat dekoratif, terutama pada masa pemerintahan Amenhotep III.
Para ahli keramik China menyatakan bahwa  di negeri China “tembikar biasa” pertama kali dibuat pada masa pemerintahan Hoangti (2698 SM). Sedangkan “tembikar mirip porselen” telah dibuat lebih awal, dan  tidak berubah sampai pada awal dinasti Sung (960 - 1279 M). Orang China juga membuat barang ber-enamel. Warna-warna seperti biru kobalt yang digunakan-nya,  dipelajari-nya dari orang-orang Arab. Porselen adalah jenis keramik paling umum, dan digunakan selama berabad-abad untuk semua jenis barang.
Tembikar Yunani dari jaman prasejarah biasanya  memiliki satu warna, sebagian besar tergantung pada cara pembakarannya. Beberapa barang tembikar sangat halus. Tembikar berwarna pertama kali muncul di sekitar tahun 2200 SM ;  peralatan keperakan muncul disekitar tahun 2000 SM;  dan peralatan jenis lainnya muncul sekitar 1100 SM. Pada periode sekitar 500 SM hingga 320 SM perlengkapan keramik Yunani umumnya menunjukkan gambaran hitam dengan latar belakang merah, atau gambaran merah dengan latar belakang hitam. Ada beberapa perlengkapan keramik  yang semuanya berwarna hitam dengan hiasan, hiasan itu yang disisipkan ataupun dicap. Pada perlengkapan lain dipasang sisipan tanah liat putih, dan pada sisipan-nya dilukis  adegan dengan warna tempera. Pada zaman Hellenistik,  sekitar 300 SM hingga 100 SM,  karya ukiran menjadi populer dan menggantikan lukisan. Selama waktu itu, glasir merah sangat umum digunakan.
Seperti telah diterangkan dalam“Keramik bag-1” produk keramik dalam arti  luas, setelah teknologi pembuatan keramik berkembang, dapat dikelompok-kelompokan sbb :

  • keramik  umum seperti tembikar, porselen dan sejenisnya ;
  • produk tanah liat seperti batu-bata, genteng, pipa dan lain-lain ;
  • berbagai jenis semen ;
  • berbagai jenis kaca dan gelas (termasuk lensa); 
  • bahan tahan api yang mampu menahan suhu sangat tinggi (refractory);
  • lain-lain.

Dari perkembangan pembuatan produk keramik di Indonesia, tampak bahwa   kelompok keramik  umum tembikar, porselen dan sejenisnya  telah cukup maju. Sementara itu kelompok keramik semen,  gelas/kaca  dapat dikatakan lebih maju lagi.


Kemampuan warga Desa Sangkok dalam membuat keramik tidak diragukan lagi. Kualitas keramik yang dihasilkan (guci atau tempayan) tidak kalah dengan guci buatan China. Bahkan, para pengrajin di Desa Sakok ini bisa membuat guci yang persis sama dengan guci asli China. Jika Anda datang ke Desa Sakok (Singkawang), maka Anda dapat menemukan tiruan guci keramik tua dari dinasti Ming.

Sebelum masa penjajahan Belanda kelompok produk keramik umum seperti tembikar, porselen,  batu-bata, genteng, pipa dan lain-lain telah diproduksi diberbagai tempat di Indonesia. Misalnya tempayan, pot (potterey) atau guci  telah lama menjadi hasil kerajinan rakyat diberbagai tempat, dan keadaan seperti itu  sampai sekarang masih berlangsung antara lain di Desa Mayong (Jepara, Jawa Tengah), di Desa Dinoyo (Malang, Jawa Timur), dan di Desa Sakok (Singkawang, Kalimantan Barat).  Produk-produk itu pembuatannya juga dipengaruhi oleh asing; misalnya China. Sedangkan berbagai bahan baku yang digunakan antara lain adalah tanah lempung atau kaolin  berwarna putih, yang banyak terdapat didaerah itu.
Produk-produk keramik tersebut diatas proses pembuatan cukup mudah serta tersedia bahan baku tanah lempung (clay) yang melimpah. Tanah lempung dibentuk sesuai dengan produk yang diinginkan (mis : guci) dan setelah bentuk terjadi, maka lalu diberi motif (mis ; bermotif naga), diberi warna, dan dibakar dalam tungku bersuhu hingga 1.000 derajat Celcius.

Guci keramik Sakok

Pada saat ini (tahun 2010-an) kemampuan warga Desa Sangkok dalam membuat keramik tidak diragukan lagi. Kualitas keramik yang dihasilkan (guci atau tempayan) tidak kalah dengan  buatan China. Bahkan, para pengrajin di Desa Sakok ini bisa membuat guci yang persis sama dengan guci asli China. Jangan heran, jika Anda datang ke Desa Sakok (Singkawang) menemukan guci keramik tua dari dinasti Ming.
Selain dari ketiga tempat diatas (Dinoyo, Mayong, dan Sangkok) ada pula tempat produksi keramik yang khas, yang dilakukan oleh rakyat, dan juga sangat terkenal di Indonesia yaitu di desa Kasongan (DIY Yogyakarta) dan di desa Plered (Jawa Barat). Hasil produksinya beragam yaitu barang-barang keramik tradisional dan kontemporer (terutama di Kasongan).  Barang-barang keramik tersebut berupa pot bunga, tempayan, patung-patung dan lain-lain karya seni.
Sementara itu produk-produk keramik  seperti batu-bata, genteng, pipa dan lain-lain guna dipakai pada pembuatan bangunan dan rumah juga telah di produksi diberbagai tempat antara lain di Soka (Kebumen, Jawa tengah) dan Jatiwangi (Cirebon, Jawa Barat).

Pabrik Genteng Soka

Sebagaimana diketahui perkembangan industry keramik yang termasuk dalam kelompok gelas/kaca di Indonesia di mulai kira-kira pada awal Indonesia merdeka. Produk yang dihasilkan adalah alat-alat rumah tangga seperti botol, gelas-minum dan toples (tempat makanan) dan lain-lain. Bahan baku utama-nya adalah gelas/kaca bekas (beling atau cullet) yang dilebur lalu dicetak kembali. Sampai sekarang (abad ke-21)  masih berlangsung  misalnya : produk  alat-alat rumah tangga (gelas-minum, stoples, botol dll)  hasil pabrik-pabrik gelas-kaca “PT Culletprima Setia” di Tangerang ; “PT Kemasindo Ampuh” di Bogor ; “PT. Kedaung” di Semarang dan tempat-tempat lain.
Sedangkan untuk produk kaca (flat glass atau kaca-jendela), pada awal tahun 1960-an pemerintah Indonesia telah merintis pembangunan pabrik kaca jendela.  Hal itu dilakukan oleh pemerintah dengan mengambil alih  usaha yang telah dimulai oleh swasta di Kalibata, Jakarta Selatan.  Namun rintisan pembangunan pabrik kaca jendela itu  dibatalkan antara lain karena adanya pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965.
Sementara itu, pada tahun 1980-an, suatu perusahaan swasta  bekerja sama dengan perusahaan Jepang (ASAHI) berhasil membangun pabrik kaca jendela (Flat Glass) di Ancol, Jakarta. Bahan pasir kwarsa untuk bahan baku pabrik kaca jendela (Flat Glass) PT. Asahimas di Ancol tersebut didatangkan dari Bangka-Bilitung ataupun dari Kalimantan Timur.
Pada saat ini (2018) pabrik kaca jendela PT Asahimas di Ancol yang kapasitas-nya kira-kira 120 ribu ton per tahun itu, lokasi-nya dipandang tidak cocok lagi dan  telah dioperasikan sejak tahun 1982. Pabrik kaca jendela PT Asahimas di Ancol itu akan ditingkatkan kapasitasnya dan direlokasi ke wilayah Cikampek, Jawa Barat.
Seperti diketahui sejak tahun 1905 Indonesia telah memiliki pabrik semen di Padang (Indarung), Sumatra Barat dengan memanfaatkan deposit batu-kapur (bahan baku) dan batu-bara (bahan energy) yang ada di wilayah itu. Kemudian mengingat adanya program pembangunan yang akan dilaksanakan (a.l PELITA), maka pemerintah Republik Indonesia memandang perlu membangun pabrik-pabrik semen guna mendukung program pembangunan tersebut. Kemudian pemerintah berturut-turut membangun pabrik semen di Gresik (Jawa Timur), Tonasa (Sulawesi Selatan), Kupang (Nusatenggara Timur), Baturaja (Sumatra Selatan). Total kapasitas pabrik semen milik Negara  (BUMN) itu sekarang (2018) telah mencapai lk 30 juta ton per tahun. 

Pabrik Semen

Sementara itu perusahaan-perusahaan swasta juga telah membangun sejumlah pabrik semen, lokasi-nya tersebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur. Pabrik  semen  milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan  milik PT. Holcim Indonesia adalah di Jawa Barat dan Jawa Tengah ; milik PT. Semen Gresik adalah di di Jawa Timur ;  milik PT. Semen Bosowa dan PT. Semen Tonasa adalah  di Sulawesi Selatan ; milik PT. Semen Kupang adalah di Nusa Tenggara Timur ; dan di Kalimantan ada satu pabrik yaitu milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Total kapasitas produksi pabrik semen milik swasta (2018)  lk 800 juta ton per tahun. 
Sebagai Negara yang memiliki potensi besar akan bahan baku keramik seperli batukapur (limestone), pasir silica (silica sand), tanah lempung (clay), feldspar, kaoline, pasir titan (titanic sand) dan lain-lain, maka  seperti halnya Negara-negara maju, Indonesia juga membangun lembaga penelitian dan pengembangan (R & D) keramik. Lembaga tersebut adalah Balai Besar Keramik (Balai Keramik) di Bandung yang memiliki tugas utama sbb :
  • Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan (R & D), kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan industri keramik. Dalam melaksanakan tugas, Balai Besar Keramik memiliki fungsi yang sangat luas yaitu untuk:
  •         Melaksanakan penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultasi/ penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi dan penanggulangan pencemaran.
  •         Melaksanakan pemasaran, kerjasama, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi informasi
  •         Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu dan produk industri keramik serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.
  •     Melakukan perencanaan, pengolahan, koordinasi sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di bawah Balai Besar Keramik dan juga melakukan penerapan standar industri keramik.
  •          Melaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, produk keramik dan kalibrasi peralatan dan permesinan.
Sebagai contoh dari hasil pelaksanaan tugas Balai Besar Keramik antara lain adalah : Standar mutu dari berbagai produk porselen ; Tenaga-tenaga terlatih pembuatan bata & genteng hasil pelatihan teknis di berbagai daerah misalnya Aceh, Papua dll ; “Cara-cara  untuk menghindarkan keracunan timbal pada pemakaian glasur-glasur timbal dalam keramik” ; dan sebagainya. Patut dicatat bahwa perusahaan-perusahaan yang besar seperti perusahaan semen (Mis : PT Semen Gresik) dan perusahaan gelas/kaca (Mis : PT. Asahimas) juga memiliki lembaga penelitian dan pengembangan (R & D) sendiri.
Sebelum menutup bahasan dan renungan singkat tentang keramik ini ingin kami kemukakan hal-hal sbb ;
  •         Perkembangan teknologi kelompok  keramik  tembikar, porselen, batu-bata, genteng dan sejenisnya di Indonesia  dapat dipandang telah cukup maju. Demikian juga dengan kelompok  keramik semen dan  gelas/kaca. Produk-produk keramik tersebut sesungguhnya telah mampu memasuki pasar dunia, namun keramik tembikar dan porselen tampaknya mendapatkan saingan berat dari Vietnam dan Philipina. Sedangkan semen mendapatkan saingan berat pula utamanya dari China.
  •         Kelompok  produk keramik  yang memiliki sifat khusus seperti lensa, bata tahan api (refractory), isolasi listrik, magnetik  dan lain-lain kiranya  Indonesia belum memiliki teknologi yang cukup maju ; bahkan sebagian Indonesia belum  memilikinya.
  •         Bagi industry keramik di Indonesia yang telah memiliki teknologi  cukup maju, maka perlu terus diertahankan serta sedapat mungkin lebih maju lagi. Bagi yang belum kita miliki teknologinya, kita harus berusaha sekuat mungkin untuk memilikinya.
Demikianlah bahasan dan renungan singkat tentang keramik. Semoga bermanfaat.
*
..….... failure with clay was more complete and more spectacular than with other forms of art. You are subject to the elements ......  Any one of the old four -- earth, air, fire, water -- can betray you and melt, or burst, or shatter -- months of work into dust and ashes and spitting steam. You need to be a precise scientist, and you need to know how to play with what chance will do to your lovingly constructed surfaces in the heat of the kiln (A.S. Byatt, The Children’s Book).

*