Senin, 22 Desember 2014

SIMBAH

Ngunandiko.78


SIMBAH

SIMBAH
Kata “Simbah” di dalam renungan ini adalah berasal dari kata dalam bahasa Jawa. Menurut teman  yang menguasai bahasa Jawa, kata simbah artinya orang yang telah lanjut usianya atau sering juga disebut “Aki” atau “Kakek (grand-pa)”. Orang Jawa yang merasa dirinya golongan "ningrat" menyebut "simbah" sebagai "eyang".

Dalam kesempatan ini “Ngunandiko” ingin menceritakan suatu renungan tentang “Simbah”,  dalam arti “simbah” bukan-lah orang yang telah lanjut usianya.

Pada hari Minggu 7 Desember 2014, saya dan tiga orang adik saya melakukan perjalanan dari Jeruklegi (Cilacap) ke Yogyakarta dengan mobil. Pada waktu kami melewati kota kecil Sumpiuh, kira-kira jam 14.00, mobil kami tersendat dalam antrian panjang yang berjalan sangat lambat. Dugaan saya , kecepatan mobil kami pada saat itu, tidak lebih dari 20 km per jam.

Kami tidak tahu mengapa antrian mobil tersebut sangat lambat jalannya, dan bertambah lama antrian bertambah panjang. Saya kira pada waktu itu para pengendara mobil semuanya merasa sangat jengkel atas adanya antrian tersebut, tidak terkecuali saya dan adik-adik saya. Namun setelah antrian tersebut  berlangsung berlangsung kira-kira 10 - 15 menit, sedikit-sedikit antrean mulai dapat berjalan dengan lebih cepat.

Beberapa saat kemudian kami mengetahui, bahwa terjadinya antrian tersebut karena  adanya sebuah traktor—pengangkut pupuk yang berjalan terseok-seok, sangat lambat, dan tidak dapat dilewati oleh mobil di belakangnya. Di jalan yang relatip sempit, ramai dan padat.

Baru setelah sampai di jalan yang lebih lebar, maka antrian tersebut dapat berjalan lebih cepat, traktor pengangkut pupuk yang berjalan sangat lambat itu mulai dapat dilewati oleh mobil-mobil di belakangnya. 

Traktor tersebut ternyata sudah sangat tua, dan tampak nama yang yang terpampang di badan traktor tersebut adalah "SIMBAH" [1].Kami ber-empat pun tersenyum setelah melihat nama itu !

*
Kecepatan suatu iring-iringan (konvoi) kendaraan ditentukan oleh kecepatan kendaraan yang paling lambat (Anonym).
*




[1]) “URBAN DICTIONARY” :

1. Simbah ; a white girl who :
-          Is unreligious,
-          Frusterating,
-          Emo,
-          Has a rockin booty

2.  Simbah ; Aloud, abnoxious, annoying white kid that complains about everything while remaining gay all together.

Kamis, 18 Desember 2014

ASLIA

Ngunandiko.77




ASLIA

"Aslia"   adalah singkatan dari Asia - Australia, merupakan daerah yang terbentang diantara benua Asia dan Australia, terdiri dari gabungan negara-negara ber-iklim tropis seperti Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, Pilipina, Vietnam, Laos, Kambodja, Thailand, Burnai, Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Australia bagian Utara.  "Aslia" masih belum nyata, masih dalam bentuk suatu ide atau gagasan.
Istilah "Aslia" ini pada awalnya muncul dari suatu hipotesa: jika bumi terdiri dari sejumlah "gabungan-negara (negara raksasa)" yang masing-masing memiliki kekuatan yang kurang lebih sama, maka bumi akan rélatip stabil dan damai.

Posisi ASLIA
Gabungan-negara (negara raksasa) tersebut, di bumi diperkirakan sebesar 8 sampai 9. Salah satu dari "kombinasi-negara (negara raksasa)" tersebut adalah Aslia; gambaran tentang jumlah penduduk, income per kapita, dan luas wilayah dari negara-negara ASLIA adalah seperti berikut ini.

kombinasi-negara (negara raksasa) Aslia.
No.
Negara (wilayah)
Jumlah Penduduk *
Income per kapita **
LUAS WILAYAH ***
01
Australia Utara yang ber-iklim panas



02
Burnei Darusalam
365,251
39,659
5,770
03
Indonesia
241,452,952
3,510
1,990,250
04
Kambodja
13,363,421
1.028
181,040
05
Laos
5,631,585
1.594
236,800
06
Malaysia
27,070,666
10,457
329,750
07
Myanmar
42,720,196
1.113
678,500
08
Papua Nugini
5,420,280
2.098
462,840
09
Philipina
86,241,697
2,790
300.000
10
Singapura
4,353,893
55,182
697
11
Thailand
64,865,523
5,676
514,000
12
Timor Leste
1,019,252
4,142
14,874
14
Vietnam
82,689,518
1.901
329,560





      *) Menurut CIA World Factbook 2004
   **) GDP PER KAPITA (USD) menurut IMF 2013
***) Luas wilayah dalam sqkm

Sedangkan perkiraan potensi sumberdaya (pangan, energi, dan bijih besi) yang dapat disediakan oleh ASLIA secara keseluruhan, setidaknya cukup sampai akhir abad ke-21, adalah sbb:

pangan, energi, dan bijih besi - ASLIA *
No
SUMBERDAYA
JUMLAH
01
PANGAN
270 juta ton eqivalent beras per tahun.

02
ENERGI
360 juta ton equivalent minyak per tahun
03
BIJIH BESI
100 juta ton per tahun              





*) Perkiraan jumlah yang tersedia

Seperti diketahui sumberdaya "energi" dan "besi-baja" adalah roh dan tulang punggung industri. Dengan kemampuan menyediakan sumberdaya "energi" dan "besi-baja" sebesar itu, maka ASLIA dapat membangun industri sekuat industri Amerika Serikat dan Kanada pada waktu ini (abad ke-21).
Dengan industri yang kuat, dan sumberdaya pangan yang dimilikinya serta luas wilayah yang cukup (lk 6,000,000 sqkm untuk lk 550,000,000 orang), maka kebutuhan ASLIA akan sandang, pangan, papan, mesin / peralatan dll dapat dicukupi secara mandiri.
Pemikiran membentuk wilayah ASLIA [1] yang mencakup sejumlah negara ("kombinasi-negara"), dengan tujuan agar mandiri dan dapat bebas dari gangguan kekuatan negara atau kekuatan wilayah lain sering disebut sebagai regionalism. Regionalism itu dilakukan dengan menjalin kerjasama antar negara di wilayah tertentu di bidang ekonomi, politik, budaya, militer dan lain-lain.
Dengan mendukung MAPHILINDO- pidato Presiden Indonesia Soekarno tanggal 1 Juli 1963 di Manila berarti Indonesia telah berperan mendorong terbentuknya ASLIA. MAPHILINDO dapat dipandang sebagai bibit dari ASLIA. MAPHILINDO adalah gabungan negara-negara Malaysia, Philipina, dan Indonesia, yang diusulkan oleh Presiden Philipina Diosdado Macapagal. Patut dicatat bahwa pada waktu itu (Juli 1963) Singapura masih bagian dari Malaysia, Singapura baru pada 6 Agustus 1965 memisahkan diri dari Malaysia.

Jose Rizal
Perlu dikemukakan bahwa MAPHILINDO tersebut dapat dipandang sebagai implementasi dari Malaya Irredenta- impian pemimpin Philipina Jose Rizal s (1861 - 1896). Seperti diketahui dalam menghadapi kondisi dunia - yang kuat memakan yang lemah - _Jose Rizal bercita-cita membentuk Malaya Irredenta berbasis suku Melayu yang mendiami negara-negara Malaysia, Philipina, dan Indonesia, sehingga memperoleh posisi yang terhormat dalam pergaulan dunia. Sementara itu ASLIA adalah regionalism berbasis pada sesuatu yang lebih luas yaitu kesamaan iklim, adat-istiadat penduduk dan lain-lain.
Tanda-tanda kearah terbentuknya ASLIA a.l tampak dari dibentuknya Assosation of South East Asia Nations atau ASEAN di Bangkok pada tahun 1967 oleh mantan negara-negara terjajah di Asia Tenggara; Malaysia, Pilipina, Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Ambisi regionalism seperti hal-nya ambisi Malaya Irredenta ataupun ASLIA tersebut, sebenarnya telah cukup lama hidup diantara bangsa-bangsa di berbagai belahan bumi. Penjelasan tentang ambisi regionalism itu dapat dilihat dari beberapa contoh sbb:

1.    Eropa Barat
Arestide Briand
Rencana gabungan "Pan Eropa" sebagaimana di cita-citakan oleh Briand & Kalergi di Eropa. Perlu diketahui bahwa Aristide Briand (1862 - 1932) adalah seorang politikus dan negarawan Perancis; sedangkan Richard Coudenhove Kalergi (1894 - 1972) adalah adalah politikus dan filsuf Austria
Jalan mencapai cita-cita Briand & Kalergi tersebut, yaitu adanya integrasi Eropa- bebas dari pengaruh Rusia dan Amerika,  ternyata harus melalui proses yang panjang. Dalam garis besarnya jalan atau proses tersebut dimulai dari pembentukan  European Coal and Steel  (ECSC) - Treaty of Paris (1951),  European Economic Community  (EEC) - Treaty of Rome (1957), dan  European Atomic Community  (Euratom) - Euratom Treaty ( 1957), kemudian berkembang menjadi  European Union  (Uni Eropa) seperti saat ini.

2.    Amerika Utara.
Rencana gabungan "Pan Amerika" oleh Henry-Clay di Amerika. Seperti diketahui pada tahun 1820 Henry Clay telah menyajikan prinsip-prinsip Pan Amerikanisme. Tidak lama sesudah itu di-deklarasikan doktrin Monroe, dimana Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara-negara di benua Amerika sebagai bahaya (ancaman) terhadap keamanan dan keselamatan-nya. Namun doktrin Monroe ini oleh negara-negara Amerika Latin dicurigai sebagai kedok ambisi imperialistis dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1994 berhasil didirikan organisasi NAFTA (North America Free Trade Agreement) yang terdiri dari negara-negara di Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. NAFTA  bertugas melakukan koordinasi kegiatan kebudayaan, sosial dan kesehatan, serta hal-hal yang terkait dengan masalah kewarganegaraan, paspor, dan visa;

3.    Amerika Latin.
Di Amerika Latin, pada 1991 dibentuk Mercado Cumun de Sur (Mercosur) oleh 4 negara yaitu Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay, selain Mercosur kerjasama antar negara-negara Amerika Latin lainnya juga telah dibentuk sebelumnya seperti: Andean Community (1969), Amerika Latin Economic System (1975), dan Latin American Integration Association (1980). Mercosur- dan kerjasama antar negara-negara Amerika Latin lainnya tersebut dimaksudkan untuk secara bersama memperkuat para anggotanya menghadapi perkembangan dunia khususnya perkembangan di bidang ekonomi.
Kerjasama antar negara-negara Amerika Latin tersebut kiranya dapat dipandang sebagai langkah awal menuju terbentuknya "negara gabungan Amerika Selatan";

4.    Negara-negara Arab.
Liga Negara-Negara Arab (Liga Arab) didirikan 22 Maret 1945 di Kairo oleh Mesir, Irak, Lebanon, Arab Saudi, Suriah, Yordania, dan Yaman. Tujuan Liga Arab pada dasarnya adalah:
  • mempererat persahabatan bangsa Arab;
  • memerdekakan bangsa Arab yang masih terjajah;
  • mencegah berdirinya negara Yahudi;
  • kerjasama antar bangsa Arab dibidang politik, ekonomi, dan militer.

Pada waktu ini anggota Liga Arab terdiri dari 22 negara antara lain adalah Aljasair, Irak, Yordania, Libiya, Maroko, Suriah, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Mesir. Sudah barang tentu berdirinya Liga Arab ini tidak terlepas dari munculnya faham  "Pan-Arabisme"  yaitu gerakan penyatuan bangsa-bangsa Arab (dari samudra Atlantik sampai ke laut Arab) - sejak abad 19 sampai pertengahan abad 20.. Pan Arabisme ini sangat nasionalistik, menjaga tradisi Arab, dan anti kolonialisme Barat. 

5.    Jepang, Korea dan Mansyuria

Imperium Jepang?
Setelah peristiwa Meiji-Restorasi yang berlangsung dari tahun 1866 s / d 1869, Jepang merasa perlu untuk memperluas wilayah pengaruhnya guna mengamankan eksistensinya. Karakter imperialistik kekaisaran Jepang pada waktu itu telah membawa Jepang untuk merebut Korea yang tanahnya subur dan kaya akan bahan tambang. Kemudian melalui Korea, Jepang juga menguasai Mansyuria yang kaya akan bijih besi - untuk mengembangkan industrinya yang sedang tumbuh. Mansyuria yang luas dan subur tersebut sangat bermanfaaat bagi Jepang yang telah sangat padat penduduknya. Selain itu berdasarkan perjanjian Shimonoseki (1895) Jepang menduduki juga pulau Formosa (Taiwan).
Penggabungan wilayah Jepang, Korea dan Mansyuria tersebut dapat pula dipandang sebagai langkah terbentuknya "gabungan-negara (negara raksasa)". Kombinasi ini tampak tidak berjalan secara sukarela, namun atas paksaan kekuatan Jepang.

Hubungan antar negara seperti dalam lima contoh diatas menunjukan bahwa negara-negara di bumi ini cenderung ber-kristalisasi dalam kombinasi-kombinasi agar keberadaannya lebih stabil. Sampai pada abad ke-21 ini tampak gabungan-gabungan negara tersebut belum cukup memenuhi syarat sebagai "Kombinasi-negara (negara raksasa)"  yang akan membawa stabil-nya perdamaian dunia. Persyaratan yang harus dipenuhi- seperti juga yang disampaikan oleh Tan Malaka (lihat footnote), adalah sbb:
  • Sumberdaya yang cukup untuk seluruh kebutuhannya
  • Luas wilayah yang memungkinkan setiap penduduk memiliki ruang yang cukup untuk hidupnya;
  • Iklim   dan penduduk   dengan adat-istiadat yang lebih kurang sama;
  • Dapat membentuk suatu pemerintahan yang demokratis.

Jika bumi telah terdiri dari sejumlah "Kombinasi-negara (negara raksasa)" yang memenuhi persyaratan tersebut diatas- diperkirakan 8 s / d 10 kombinasi-negara, maka hubungan antar g abungan-negara menjadi lebih harmonis serta internal koalisi-negara di suasana demokratis. Hal itu menyebabkan perang dapat dihindari dan terjadilah perdamaian yang stabil.
Pada waktu ini belum ada satupun "gabungan-negara (negara raksasa)"  yang terbentuk. Namun dari lima contoh-contoh diatas tampak bahwa potensi terbentuknya "gabungan-negara (negara raksasa)"  adalah sangat nyata, dari ke-empat syarat, hanya kondisi terakhir-lah yang belum dapat dipenuhi- pemerintahan yang demokratis.
Disamping itu ada pula kerjasama antar sejumlah negara yang tidak berdasar atas wilayah (regionalisme), tetapi bedasar atas berbagai tujuan tertentu lainnya seperti: North Atlantic Treaty Organization (NATO), 1949; The Council for Mutual Economic Assistance (Comecon), 1949; Organization of Africa Unity, 1953; Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), 1960; Gerakan Non Blok (Non-Aligned Movement), 1961; Organisasi Konperensi Islam (OKI), 1969; dan lain-lain. K erjasama antar sejumlah negara tersebut kiranya tidak akan menghambat terbentuknya "gabungan-negara (negara raksasa)".
Seperti telah dikemukakan dimuka; jika bumi ini terdiri dari sejumlah "gabungan-negara (negara raksasa)" yang memenuhi ke-empat syarat diatas, maka kehidupan dibumi akan harmonis, stabil, dan damai. Namun j ika salah satu dari ke-empat syarat tersebut tidak terpenuhi (misalnya: pemerintahan yang demokratis), perdamaian dunia juga akan sulit terwujud. Hal itu seperti yang telah terjadi pada masa yang lalu al dengan adanya pemerintahan "militerisme Jepang", atau mungkin saat ini dengan apa yang disebut sebagai Negara Islam Irak dan Suriah "ISIS".
Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi transportasi dan komunilkasi, memang berakibat tidak ada-nya batas antar negara. Namun kodrat perbedaan iklim, adat-istiadat penduduk dan lain-lain menyebabkan batas itu tetap masih ada. Oleh karena itu faktor globalisasi tersebut, kiranya juga tidak akan menghambat potensi terbentuknya "gabungan-negara (negara raksasa)".
Sebelumnya manusia juga telah berusaha menciptakan bumi yang stabil dan damai dengan membentuk Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1920 (setelah Perang Dunia I), yang ternyata gagal. Hal itu kemudian disempurnakan dengan pembentukan PBB atau Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1945  (setelah Perang Dunia II) yang masih berjalan sampai pada waktu ini.
Sementara itu gabungan atau asosiasi negara-negara tidak hanya terjadi di Eropa Barat dengan Uni Eropa, dan di Asia Tenggara dengan ASEAN, tetapi juga terjadi dibagian bumi lainnya seperti di Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah (negara-negara Arab) dan lain-lain. Ulang gabungan atau asosiasi tersebut hanya merupakan kerjasama antar negara disuatu daerah dalam aspek ekonomi, namun kemudian meluas ke berbagai aspek lain seperti politik, sosial, budaya, dan militer.
Tan Malaka memperkirakan bumi ini akan damai jika terdiri dari 8 sampai 10 "kombinasi-negara (negara raksasa)", yang masing-masing mandiri, sama kuat dan memiliki pemerintahan yang demokratis. Gabungan-negara tersebut dapat dipastikan tidak akan saling menyerang satu dengan yang lainnya, karena masing-masing dapat berdiri sendiri serta memiliki sifat yang demokratis.
Republik Indonesia terletak di tengah-tengah area ASLIA, memiliki jumlah penduduk terbesar (lebih dari 200 juta jiwa) dan wilayah terluas (lk 2000 sqkm), serta kaya akan sumberdaya alam. Selain itu Republik Indonesia sesuai konstitusinya adalah anti imperialisme, dan pada awal abad ke-21 merupakan negara demokrasi terbesar ketiga dimuka bumi.
Dengan rakyat Indonesia yang bersatu dalam "Negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945" yang kuat, niscaya Indonesia memiliki peluang menjadi pelopor terbentuknya ASLIA. Peluang ini harus-lah merupakan tantangan, kehormatan dan kewajiban sejarah bangsa Indonesia.
Terbentuknya ASLIA yang mandiri, kuat, dan demokratis, akan memicu munculnya "gabungan-negara (negara-raksasa)" sejenis di daerah lain, serta imperalisme akan surut dan akhirnya lenyap dari muka bumi. Bumi akan menjadi stabil, damai, dan harmonis.
*
Observe good faith and justice toward all nations. Cultivate peace and harmony with all (George Washington).
*




[1] Menurut Tan Malaka (pada tahun 1942), Aslia meliputi wilayah Birma (sekarang Myanmar), Thailand, Annam, Philipina, Semenanjung Malaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Sunda kecil dan Australia Panas. Wilayah Australia Panas yang dimaksud luasnya sekitar 1/3 dari keseluruhan wilayah Australia. Tan Malaka yakin di zaman kuno, wilayah Indonesia menyatu dengan Australia. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan ilmu pasti Asia. Saat itu, manusia di tanah Indonesia juga berada di tanah Australia sampai proses alam akhirnya memisahkan tanah kedua wilayah itu.
Meski demikian, Tan Malaka sadar penduduk Australia di eranya mayoritas bukan warga pribumi. Di wilayah Australia bagian selatan yang berudara sejuk, dihuni oleh bangsa Eropa yang merupakan keturunan dari orang-orang hukuman Kerajaan Inggris di masa lampau. Tan Malaka menyebut wilayah itu sebagai Australia Putih. Mereka tak bisa hidup di wilayah Australia Panas. "Bangsa pindahan ini seperti juga di Amerika membinasakan lebih kurang menghancurkan bangsa Australia Asli dan perang lahir dan batin yang tiada henti-hentinya, di seluruh Australia Putih yang luasnya lebih kurang 1/3 pula dari seluruh dataran Australia yang luasnya 3 juta mil persegi itu, "kata Tan Malaka
Menurut Tan Malaka, seluruh wilayah Aslia memiliki berbagai kesamaan, dua di antaranya adalah kondisi iklim dan musim. Selain itu, alat perkakas, kehidupan ekonomi, sosial, politik, jiwa, perasaan, keinginan serta impian masyarakatnya juga tidak berbeda satu sama lain. "Singkat kata seluruh Aslia kini dalam segala cara penghidupan berada dalam kondisi yang bersamaan dan suasana serta kondisi dunia setelah Perang Dunia II ini membutuhkan asosiasi dan kerja sama ", kata Bapak Republik Indonesia itu.
Tan Malaka bercita-cita mewujudkan masyarakat yang tolong menolong dan sama rata dalam semua segi kehidupan di Aslia. Selain itu, Tan Malaka berpandangan, dengan terwujudnya Aslia, akan tercipta kesimbangan di dunia internasional. Hal itu berdasarkan pembagian negara-negara raksasa yang dilakukannya. Dia membagi negara-negara di dunia ini menjadi 8 sampai 10 kelompok raksasa. 

Senin, 01 Desember 2014

GANJA

Ngunandiko.76


GANJA

Ganja (cannabis indica) adalah salah satu jenis dari “Narkoba”. Sedangkan narkoba adalah suatu  singkatan dari narkotika dan bahan/obat berbahaya. Selain istilah “Narkoba” juga dikenal istilah “Napza”, napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Salah satu resolusi yang akan dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah tekad untuk menjadikan Indonesia bebas “Narkoba”. Hal ini karena penyalahgunaan narkoba telah merebak, dan terbukti penyalahgunaan narkoba tersebut telah merusak masyarakat. Peredaran narkoba telah merambah dari kota besar hingga pelosok desa, dan pemakainya meliputi kalangan yang luas seperti artis, anak sekolah, mahasiswa, guru (bahkan guru besar), pengusaha, birokrat dan lain-lain.

Kebun Ganja
Sudah sejak lama pohon ganja tumbuh subur di berbagai tempat di Indonesia antara lain di Aceh dan banyak tempat lainnya. Di Aceh ganja juga biasa dipakai sebagai penyedap dalam makanan (misalnya : gulai). Ganja harganya relatip murah, sehingga banyak pemakainya.
Di China, rami dan ganja psikoaktif dimanfaatkan secara luas untuk pengobatan ketika terjadi kecelakaan. Pemanfaatan ganja sebagai obat pertama kali ditemukan pada tahun 4000 SM. Pada tahun 2737 SM, konon kaisar Shen Nung telah memanfaatkan ganja sebagai obat.
Di India sebagian orang suci (Sadhu) yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk rerivatif ganja untuk melakukan penyembahan dengan cara menghisap ganja (hashish) melalui pipa chilam/chillum, dan dengan meminum minuman dari ganja (bhang).

Daun Ganja
Seperti diketahui ganja juga menjadi simbul budaya hippie yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal itu biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan juga opium juga di-dengung-kan sebagai simbul perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan oleh negara kapitalis terhadap negara berkembang.


*
There are those who prefer to get away inwardly, some with the help of a powerful imagination and an ability to abstract themselves from their surroundingssome with the help of opium or alcohol I prefer shifting my whole body to shifting my brain, and going round the world to letting my head go round (Alexander Ivanovich Herzen ; 1812 - 1870).

*