Senin, 21 April 2014

Jajak-pendapat



Ngunandiko.68


Jajak pendapat
(survey)

Petugas Jajak-pendapat.
Beberapa waktu yang lalu,14 April 2014, saya menerima SMS dari  cucu saya, dia menanyakan mengapa Prof Yusril Ihza Mahendra tidak percaya hasil “jajak pendapat” mengenai elektabilitas beberapa orang yang ingin menjadi Presiden RI dan juga hasil Quick Count.  Prof Yusril menuduh Lembaga-lembaga Survey tersebut hanya mengarahkan pendapat umum agar bersimpati terhadap nama calon dan partai tertentu. Kemudian terjadi dialog –  melalui SMS –    berkaitan dengan pertanyaan itu antara saya dan cucu saya.  Dialog tersebut selengkapnya adalah seperti  dibawah ini. Perlu saya jelaskan pula bahwa cucu saya tersebut berumur 18 tahun mahasiswa semester pertama.

Cucu                 : Mengapa Prof Yusril tidak percaya dengan hasil “jajag pendapat (surveY)” tentang elektabilitas  calon Presiden? Bahkan Lembaga Survey dituduhnya mengarahkan orang memilih calon-calon tertentu. Survey itu kan kerja ilmiah Ki ? (cucu saya biasa memanggil saya Aki).

Aki                    : Saya yakin Prof Yusril tahu bahwa “jajag pendapat” itu kerja ilmiah, tapi yang tidak beliau percayai adalah cara (methode) menjalankan survey itu !

Cucu                 : Bagaimana penjelasannya Ki ?

Aki                    : Saya ambil contoh ; kamu ingin beli buah duku, ada sekeranjang duku dan kamu ingin tahu apakah duku itu manis apa tidak. Yang kamu kerjakan mencicipi beberapa duku dan kalau duku yang kamu cicipi itu manis, maka  kamu percaya bahwa sekeranjang duku tersebut manis. 

Cucu                 : Apakah itu ilmiah Ki ?

Aki                    : Ya ! Jika duku yang kamu cicipi itu diambil  secara acak dan jumlahnya cukup, maka itu ilmiah. Mengambil secara acak dengan jumlah yang cukup tersebut dalam ilmu statistik disebut random sampling.

Cucu                 : Apakah sekeranjang duku tersebut pasti manis semua  Ki ? 

Aki                    : Tidak selalu semua duku di keranjang itu manis. Ada sejumlah duku yang tidak manis, yang  disebut  kesalahan (magin of error) biasanya dinyatakan dalam presentase.

Cucu                 : Tapi kalau saya (cucu saya) beli duku sering kali yang saya coba manis, tetapi setelah saya beli ternyata banyak yang tidak manis !

Aki                    : Itu  mungkin penjual duku-nya curang, duku yang manis diletakkan ditempat yang mudah kamu ambil untuk dicicipi, sehingga kamu mencicipi duku yang manis,  tapi duku lainnya banyak yang tidak manis.

Cucu                 : “Lembaga-lembaga Survey” juga berbuat seperti penjual duku itu  Ki ?

Aki                    : Ya kira-kira begitu ! Beberapa “Lembaga-lembaga Survey” dalam melaksanakan “jajak pendapat”  memilih “responden” yaitu orang  yang  ditanyai  pendapatnya (tidak secara acak), dan  jumlahnya pun tidak mencukupi !

Demikianlah dialog saya melalui SMS dengan cucu saya !  
*
Democracy cannot succeed unless those who express their choice are prepared to choose wisely. The real safeguard of democracy, therefore, is education. (Franklin D. Roosevelt) 
*

1 komentar: