Ngunandiko.68
Jajak
pendapat
(survey)
Petugas Jajak-pendapat. |
Beberapa waktu yang lalu,14 April 2014,
saya menerima SMS dari cucu saya, dia
menanyakan mengapa Prof Yusril Ihza Mahendra tidak percaya hasil “jajak
pendapat” mengenai elektabilitas beberapa orang yang ingin menjadi Presiden RI
dan juga hasil Quick Count. Prof Yusril
menuduh Lembaga-lembaga Survey tersebut hanya mengarahkan pendapat umum agar
bersimpati terhadap nama calon dan partai tertentu. Kemudian terjadi dialog
– melalui SMS – berkaitan dengan pertanyaan itu antara saya
dan cucu saya. Dialog tersebut selengkapnya
adalah seperti dibawah ini. Perlu saya
jelaskan pula bahwa cucu saya tersebut berumur 18 tahun mahasiswa semester
pertama.
Cucu : Mengapa Prof Yusril tidak percaya dengan hasil
“jajag pendapat (surveY)” tentang elektabilitas
calon Presiden? Bahkan Lembaga Survey dituduhnya mengarahkan orang
memilih calon-calon tertentu. Survey itu kan kerja ilmiah Ki ? (cucu saya
biasa memanggil saya Aki).
Aki : Saya yakin Prof Yusril
tahu bahwa “jajag pendapat” itu kerja ilmiah, tapi yang tidak beliau percayai
adalah cara (methode) menjalankan survey itu !
Cucu : Bagaimana penjelasannya Ki ?
Aki
: Saya ambil contoh ; kamu
ingin beli buah duku, ada sekeranjang duku dan kamu ingin tahu apakah duku itu
manis apa tidak. Yang kamu kerjakan mencicipi beberapa duku dan kalau duku yang kamu cicipi itu manis, maka kamu percaya bahwa sekeranjang duku tersebut
manis.
Cucu : Apakah itu ilmiah Ki ?
Aki
: Ya ! Jika duku yang kamu
cicipi itu diambil secara acak dan jumlahnya cukup, maka itu
ilmiah. Mengambil secara acak dengan jumlah yang cukup tersebut dalam ilmu
statistik disebut random sampling.
Cucu
: Apakah sekeranjang duku tersebut pasti manis semua Ki ?
Aki
: Tidak selalu semua duku di
keranjang itu manis. Ada sejumlah duku yang tidak manis, yang disebut kesalahan (magin of error) biasanya dinyatakan
dalam presentase.
Cucu : Tapi kalau saya (cucu saya) beli duku sering kali yang
saya coba manis, tetapi setelah saya beli ternyata banyak yang tidak manis !
Aki
: Itu mungkin penjual duku-nya curang, duku yang
manis diletakkan ditempat yang mudah kamu ambil untuk dicicipi, sehingga kamu mencicipi
duku yang manis, tapi duku lainnya
banyak yang tidak manis.
Cucu : “Lembaga-lembaga Survey” juga berbuat seperti
penjual duku itu Ki ?
Aki
: Ya kira-kira begitu ! Beberapa
“Lembaga-lembaga Survey” dalam melaksanakan “jajak pendapat” memilih “responden” yaitu orang yang
ditanyai pendapatnya (tidak
secara acak), dan jumlahnya pun tidak
mencukupi !
Demikianlah dialog saya melalui
SMS dengan cucu saya !
*
Democracy
cannot succeed unless those who express their choice are prepared to choose
wisely. The real safeguard of democracy, therefore, is education. (Franklin D. Roosevelt)
*
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus