Ngunandiko.159
Hari Pahlawan 10 Nopember
Salah satu hari besar nasional yang selalu diperingati oleh rakyat
Indonesia setiap tahun adalah Hari Pahlawan 10 Nopember. Berikut ini beberapa catatan kecil Ngunandiko tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi di Surabaya disekitar Hari Pahlawan 10 Nopember.
Jenderal Mallaby |
Seperti diketahui menjelang bulan Nopember 1945, Inggris a.n Sekutu (fihak Pemenang Perang Dunia II) menempatkan sekitar 6.000 pasukannya di Surabaya untuk melaksanakan tugasnya melucuti tentara Jepang (fihak Pecundang Perang Dunia II). Namun hal itu mengakibatkan para pemuda arek-arek Surabaya merasa terancam, karena kuatir Belanda ikut menumpang di dalamnya.
Keadaan itu menjadi lebih keruh, karena sekelompok orang Belanda (dipimpin Ploegman) yang mengibarkan
bendera Belanda (merah-putih-biru)
dipuncak Hotel Yamato (sekarang Hotel
Majapahit). Ketika pemuda-pemuda Indonesia (a.l Hariyono dan Koesno Wibowo) meminta agar bendera Belanda itu
diturunkan, Ploegman dan kawan-kawan menolaknya dan terjadi keributan yang
memakan jiwa manusia.
Bung Tomo |
Sementara itu semangat perlawanan arek-arek
Surobaya juga mulai bangkit, lebih – lebih setelah mendengar pidato-pidato
berapi-api seorang pemuda Sutomo (bung
Tomo) yang disertai seruan . . . . . Allahuakbar allahuarkbar . . . . . Allahuakbar allahuarkbar . . . . . Allahuakbar
allahuarkbar . . . . . . . . Dan pecah bentrokan-bentrokan bersenjata yang
lebih besar.
Hal itu makin menjadi-jadi setelah pemuda-pemuda muslim pengikut KH.
Hayim Ashari, kaum cendekiawan seperti Drg Moetopo dkk, dan kelompok-kelompok masyarakat
lain-nya ikut menentang kehadiran pasukan Inggris dan Belanda tersebut. Kemudian
di Surabaya terjadilah bentrokan bersenjata, terbesar dan terberat
segera setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Namun berkat campur tangan Presiden RI, Bung Karno, yang datang dari
Jakarta, bentrokan bersenjata itu dapat didamaikan.
KH. Hsyim Ashari |
Sesungguhnya sikap
permusuhan antara kedua pihak (Belanda
dibantu Inggris dengan arek-arek Surabaya) belum benar-benar berhenti,
sehari setelah Bung Karno kembali ke Jakarta, bentrokan pecah kembali.
Bentrokan itu berakibat tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby (45 tahun). Mallaby tewas dalam
peristiwa baku tembak pada 30 Oktober di Surabaya. Peristiwa itu memicu
keluarnya ultimatum Inggris dan terjadilah Pertempuran 10 Nopember 1945.
Selama hampir satu
bulan penuh terjadi-lah bentrokan (perang) di Surabaya dan sekitarnya.
Tentara bersama rakyat melakukan perlawanan gerilya untuk mengusir tentara Inggris
dan Belanda. Peristiwa itu menelan korban harta-benda dan jiwa, yang
berlangsung sekitar tanggal 10 Nopember 1945 di Surabaya, kemudian dikenal
sebagai “Hari Pahlawan 10 Nopember”.
Demikianlah catatan
singkat Ngunandiko di sekitar hari pahlawan 10 Nopember 1945. Semoga
bermanfaat.
*
Pahlawan
terhebat adalah mereka yang tetap melakukan tugasnya dalam keseharian
sehari-hari, sementara dunia terus berputar secara menjengkelkan (Florence Nightingale).
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar